Kamis, 12 November 2009

Takut...?

Ketika aku masih kecil dulu aku hidup dalam ketakutan. Takut kehilangan sesuatu yang kumiliki, takut untuk melakukan sesuatu, takut berpendapat dan berbagai ketakutan lainnya.
Bagaimana jika rambutku rontok?
Bagaimana jika tidak mempunyai rumah mewah?
Bagaimana jika kehilangan pekerjaanku?
Bagaimana jika aku tua dan tidak bisa berbuat untuk orang lain?
Bagaimana jika impianku ke Belanda tidak terwujud?
Dulunya aku takut semua itu. Tapi sekarang dengan banyak memperhatikan kehidupan dan mempelajarinya, aku telah mengetahui semua jawabannya.
Jika rambutku rontok dan menjadi botak, aku akan menjadi seorang laki-laki yang puali…ng ganteng dan bahagia, karena kepalaku masih dapat menghasilkan ide-ide yang cemerlang, meski tidak lagi menghasilkan rambut.
Sesungguhnya rumah mewah tidak membahagiakan hati seseorang. Karena sebuah hati yang pilu tidak akan merasa bahagia meskipun di dalam istana. Namun hati yang gembira akan menjadikan gubuk tua akan menjadi sebuah istana.
Jika aku tidak dapat pekerjaan dan tidak mendapat upah, maka aku akan berkerja untuk-NYA. Karena upah yang diberikan oleh-NYA jauh lebih besar dari yang kuinginkan. Dia adalah majikan paling dermawan.
Impianku ke Belanda adalah mimpi yang besar. Namun terdapat mimpi yang lebih besar adalah pergi ke Tanah Suci. Namun tidak apalah. Namanya juga mimpi, Bermimpilah setinggi-tingginya. Karena mimpi adalah kunci untuk meraih semuanya.
Aku tidak takut dengan berbagai kerugian atau mimpi yang tidak tercapai. Aku akan menghadapi semua kenyataan ini dengan tekad bulat dan semangat membaja. Dia telah memberikan banyak nikmat kepadaku. Seandainya hilang satu nikmat aku masih mempunyai sepuluh nikmat lainnya. Justru jika hidupku mudah dan tanpa tantangan, aku tidak bisa mengembangkan semua nikmat yang diberikan-NYA dan aku tetap menjadi Cengeng tidak dewasa..
Untuk itu, seandainya aku tidak bisa berdansa, aku akan bernyanyi dengan gembira, seandainya aku tidak mampu bernyanyi, aku akan bersiul dengan suka cita. Dan seandainya nafasku lemah dan terputus-putus, aku akan mendenganrkan dengan seksama dan hatiku berbicara dengan penuh cinta. Ketika fajar mulai menyingsing, aku akan menghadap kepada-NYA dengan khusyu’ sampai aku tidak dapat melakukannya lagi, karena tiba waktuku untuk menghadap-NYA. Jadi, apa yang aku takutkan?