Rabu, 23 Desember 2009

Bahasa asing Untuk Mewujudkan Kota Internasional yang Berbudaya

Tempo dulu Solo, bahkan saat ini masih populer dengan sebutan kota Budaya. Namun dengan seiring perkembangan zaman, terutama zaman yang global seperti ini, Solo memperkenalkan dengan sebutan baru yaitu "Solo the Spirit of Java".
Mungkin ini adalah istilah asing yang paling populer bagi masyarakat Bengawan. Ternyata dengan sebutan baru yang lebih modern tersebut tidak menghilangkan esensi kota budaya yang sudah dikenal lama sebelumnya. Justru dengan kemasan yang lebih familiar tersebut nama Solo semakin lebih dikenal di kancah dunia. Lagipula dengan adanya pengunaan istilah asing tersebut juga membuktikan bahwa adanya akulturasi antara budaya Jawa klasik dan budaya modern di Solo.
Tidak hanya slogan tersebut, masih banyak ikon kota Bengawan ini yang menggunakan bahasa asing, Misalnya saja City Walk. Mungkin sebagian besar kota di Indonesia belum memiliki fasilitas ini, walaupun model seperti ini sudah ada di Singapura pada era 80-an. City Walk ini sudah mencerminkan kehidupan perkotaan. Bisa dirasakan fasilitas yang ada pada city walk yang memanjakan para pejalan kaki dan para pekerja kantoran.
Dengan city walk yang lebih condong pada kehidupan modern, bukan berarti solo sudah tidak menjadi kota yang melestarikan budaya Jawa lagi. Justru dengan inilah Solo menunjukkan budaya kota Solo, yaitu mempertahankan budaya lama yang baik dan mengambil budaya baru yang lebih baik.
Istilah asing asing yang ada di Solo, termasuk city walk bisa dilihat fenomena saat ini, yaitu Solo sedang membangun jaringan dengan Luar Negri. Salah satunya adalah untuk mempromosikan kota Solo sebagai kota yang bertaraf Internasional dan berbudaya. Penggunaan bahasa asing bukan lagi permasalahan faham atau tidak maksud dari bahasa tersebut. Tetapi bisa meyakinkan bahwa kota Bengawan ini sudah siap menjadi kota yang bertaraf Internasional.
Nigh Market adalah contoh lain ikon kota Solo yang menggunakan bahasa asing. Dulunya lokasi ini adalah pasar malam yang kurang terawat. Untuk mewujudkan kota yang bertaraf Internasional dan berbudaya, oleh Pemkot Solo keadaan tersebut diubah manjadi suasana yang lebih modern dan lebih kondusif. Memang inilah konsekuensinya untuk menjadi kota Internasional yang berbudaya. Yaitu menjaga yang sudah ada dengan dengan kemasan baru tanpa harus menghilangkan ensensi yang ada sebelumnya.
Dengan penggunaan bahasa asing untuk mewujudkan kota Internasional yang berbudaya, diharapkan Solo dijadikan tujuan masyarakat diluar termasuk wisatawan asing untuk dikunjungi. Dengan demikian dari kunjungan tersebut secara tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Solo pada umumnya.
Dengan adanya penggunaan bahasa asing pada ikon kota Solo pada saat ini, justru masyarakat yang terkait akan diuntungkan. Mengapa bisa begitu, Misalnya saja di City Walk. Untuk mewujudkan progam pemerintah yang menjadikan Solo sebagai kota bertaraf internasional dan berbudaya, tentu pemkot sudah mempersiapkan semuanya, termasuk nasib para PKL yang ada di tempat tersebut.
Jika hanya kota bertaraf Internasional, tentu para PKL ini akan digusur secara paksa. Tanpa tanggung jawab. Karena kota Solo tidak ingin hanya bertaraf Internasional saja, tetapi juga berbudaya. Maka para PKL ini diperlakukan dengan baik. Para PKL yang dulunya menggunakan fasilitas yang seadanya, kini dengan progam pemkot tersebut, para PKL diberikan grobak yang sama. Itupun secara cuma-cuma. Jadi City Walk yang sudah didesain secara modern tidak terganggu dengan PKL yang sudah diseragamkan.
Begitu juga pada Nigh Market yang baru-baru ini ramai dibicarakan. Dulunya merupakan pasar malam yang tidak karuan. Dengan progam pemkot tersebut, pasar malam yang awalnya tidak karuan tersebut diubah menjadi lebih baik tanpa ada pihak yang dirugikan.
Dan perlu diingat jika Solo menjadi salah satu kota yang berhasil menangani masalah PKL (pedagang kaki lima) dengan baik. Atas prestasi inilah Walikota Solo Jokowi diundang ke Luar Negri karena prestasinya dalam penanganan kasus PKL. Artinya tanpa adanya kekerasan dan perusakan paksa para PKL bisa menerima. Dan inilah yang patut ditiru oleh kota-kota lain.
Semua yang dilakukan oleh pemkot Solo termasuk penggunaan bahasa asing, adalah untuk mewujudkan kota Solo sebagai kota yang bertaraf Internasional tetapi yang berbudaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar